Keanggotaan Petani Swadaya Indonesia naik 167%

Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi banyak orang, terlepas dari sektornya. Terlepas dari tantangan dan ketidakpastian global, RSPO terus berupaya untuk meningkatkan inklusi petani kecil dalam agenda keberlanjutan; untuk membantu meningkatkan mata pencaharian mereka dan menyediakan akses yang lebih besar ke pasar internasional.

Kami senang melihat pertumbuhan berkelanjutan dalam jumlah petani swadaya Indonesia yang bergabung dengan RSPO tahun ini. Dibandingkan tahun lalu, pengajuan keanggotaan dari kelompok petani swadaya Indonesia meningkat sebesar 167%. Dari 16 aplikasi baru, 10 aplikasi telah menerima persetujuan untuk bergabung dengan sistem RSPO dan berupaya mengubah budidaya kelapa sawit untuk menjadikan praktik berkelanjutan sebagai norma. Anggota baru tersebut mewakili total akumulasi 2,149 petani swadaya, dengan total luas lahan 5,380.85 hektar, tersebar di tiga provinsi – Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Tengah.

Berdasarkan Data Pasar RSPO, hingga Oktober 2020, jumlah petani swadaya Indonesia yang bersertifikasi RSPO adalah 5,914 petani yang tersebar di 29 kelompok, dengan total area bersertifikat seluas 14,909 hektar.

Pencapaian lain pekebun swadaya Indonesia tahun ini adalah saat mereka menjadi pertama di dunia yang disertifikasi di bawah Standar Petani Independen (ISH) RSPO yang baru, yang diadopsi pada Sidang Umum ke-16 pada November 2019. Diharapkan tonggak penting ini akan terus mendorong tumbuhnya partisipasi petani kecil dalam praktik kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia.

Country Director RSPO Indonesia, Tiur Rumondang, mengatakan petani kecil adalah pasar yang belum dimanfaatkan, dan melihat poin leverage dalam pasokan minyak sawit berkelanjutan dari petani swadaya yang memegang bagian terbesar dari penguasaan lahan di Indonesia dibandingkan dengan petani plasma. 

“Untuk membuat Standar Petani Swadaya dapat diakses oleh semua orang, investasi prioritas berikutnya diarahkan untuk menghidupkan standar tersebut melalui pelatihan yang diadaptasi secara berkelanjutan dan keterlibatan proaktif berdasarkan heterogenitas petani kecil di dalam negeri” tambah Tiur.

Menurut Yoyok Kuswoyo, Manajer Kelompok Kelompok Tani Karya Bersama, mereka belajar dari kelompok terdekat yang sukses dan berharap kelompok yang baru mereka bentuk juga dapat menerapkan praktik pengelolaan perkebunan yang lebih baik, dengan tetap menjaga kepercayaan di antara anggotanya sendiri. Kelompok tersebut telah melalui berbagai tahapan pelatihan untuk bergabung dengan RSPO. 

“Kami melihat keuntungan dari pencatatan Tandan Buah Segar (TBS) dan perencanaan pemupukan secara kolektif sebagai kelompok, yang jauh lebih murah dibandingkan dengan melakukannya sendiri-sendiri” katanya. RSPO berharap dapat melihat orang lain terinspirasi oleh pencapaian kelompok tersertifikasi. 

Kehidupan petani kecil tidak akan berubah sampai ada permintaan yang lebih besar dari pasar. Selain itu, pasar juga perlu memperluas pemahaman mereka tentang arti inklusif dalam industri minyak sawit. Unit petani kecil memahami pentingnya menyelaraskan prioritas semua pelaku pasar sambil memanfaatkan inisiatif pemerintah untuk membuat sektor ini lebih inklusif bagi petani kecil.

“Skala petani kecil yang disertifikasi di Indonesia merupakan pencapaian pasar. Kelompok tersebut dapat memperoleh sertifikasi dengan bantuan dan insentif dari pelaku pasar dalam rantai pasokan,” kata Guntur Prabowo, Manajer Program Petani RSPO Indonesia. 

“Prioritas kami adalah menarik lebih banyak pelaku pasar untuk membangun kasus bisnis yang lebih kuat untuk inklusi petani kecil melalui peningkatan dukungan dan hubungan pasar. Dengan membeli Kredit Petani RSPO dan dengan mendukung program sertifikasi petani kecil di lapangan, kami melihat demonstrasi tanggung jawab bersama yang sangat baik,” tambahnya. 

Untuk informasi lebih lanjut tentang petani plasma RSPO, kunjungi https://rspo.org/smallholders