Melumasi jalan menuju minyak sawit berkelanjutan

Dengan dukungan dari otoritas provinsi dan lembaga bantuan teknis Jerman, para petani di Krabi mempelajari metode ramah lingkungan dengan harapan industri ini akan terus tumbuh.

Kuakoon Siangtaen memulai hari dengan membuka kunci ruang perkakasnya dan mengeluarkan bajak kecil. Dia kemudian menuju perkebunan kelapa sawitnya dengan berjalan kaki singkat dari rumahnya. Fajar menyingsing saat dia berjalan perlahan, menikmati kedamaian dan ketenangan lingkungan hijau. 

''Perkebunan kelapa sawit modern membutuhkan penanam yang telah belajar cara membudidayakan kelapa sawit,'' kata warga asli Krabi berusia 35 tahun itu. ''Saya masih belajar untuk melakukan pekerjaan saya dengan baik.'' Kuakoon menghabiskan lebih dari 10 tahun belajar dan bekerja di Bangkok, di mana dia bertemu dengan istrinya, sebelum kembali ke kampung halamannya di distrik Plai Phraya empat bulan lalu. Itu adalah langkah yang tepat, katanya. Hidup tidak terlalu sulit di Krabi, dan mereka memperoleh penghasilan lebih dari kelapa sawit daripada sebagai pekerja kantoran di Bangkok.

Saat berusia lima tahun, ayah Pak Kuakoon sudah membuktikan dirinya sebagai petani karet yang sukses, membudidayakan 70 rai (11.2 hektar) pohon karet. Pak Kuakoon tahu cara menyadap karet, tapi budidaya kelapa sawit adalah pengalaman baru baginya. Dia berada di Bangkok ketika ayahnya memutuskan untuk menyisihkan 40 rai dari perkebunan karet untuk budidaya kelapa sawit pada tahun 2001.

Klik di sini untuk melanjutkan membaca cerita ini di Bangkok Post. 

Melumasi jalan menuju minyak sawit berkelanjutan.pdf