Menyoroti tantangan yang dihadapi oleh petani perempuan di industri kelapa sawit, Kepala Sekretariat FORTASBI Indonesia Rukaiyah Rafik memberi contoh, berbagi saran tentang cara mendorong wanita untuk mengejar lebih banyak peran kepemimpinan.

Ketimpangan gender masih menjadi isu kritis dalam industri minyak kelapa sawit. Pekerja perempuan masih menghadapi diskriminasi dalam sejumlah isu, termasuk upah yang tidak setara, hak atas tanah adat, hukum dan penegakan hukum, serta hak buruh.
Meskipun sangat penting dalam operasi dan manajemen, perempuan terus menerus dikecualikan secara sistematis, yang tidak hanya tidak adil, tetapi juga kontraproduktif secara ekonomi. Secara global, kesenjangan gender dalam pertanian diakui sebagai tantangan mendesak yang menuntut tindakan segera dan menyeluruh.
Untuk memperingati Hari Perempuan Internasional (IWD) pada 8 Maret 2025, RSPO menegaskan kembali komitmennya terhadap kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sejalan dengan Standar RSPO dengan menyelenggarakan Sesi Dialog dengan Rukaiyah Rafik, yang mempelopori Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI), di Jakarta, Indonesia. Sebagai anggota Dewan Gubernur Alternatif RSPO, “Ibu Uki” adalah juru bicara aktif untuk forum nasional dan internasional, di mana ia memperkenalkan dan berbagi kisah positif terkait pengelolaan komoditas minyak sawit yang berkelanjutan.
Apa saja tantangan utama yang dihadapi petani kecil perempuan dalam industri minyak sawit?
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh petani kecil perempuan adalah kurangnya kesadaran tentang pentingnya partisipasi perempuan, kurangnya kapasitas dan pengetahuan, rendahnya rasa percaya diri, dan faktor budaya yang membatasi perempuan pada pekerjaan rumah tangga. Meskipun perempuan sangat terlibat dalam pengelolaan perkebunan petani kecil independen, partisipasi mereka jauh lebih rendah dalam koperasi atau asosiasi yang mewakili petani kecil ini.
Apakah ada perbaikan untuk mengatasi tantangan ini dalam dekade terakhir?
Bagi petani kecil bersertifikat, telah terjadi perubahan positif karena Standar RSPO menekankan pada pengarusutamaan gender dan dukungan kami bagi organisasi untuk memastikan partisipasi perempuan yang tinggi. Saat ini, sebagian besar koperasi bersertifikat melibatkan perempuan dalam strukturnya. Meskipun jumlah perempuan dalam posisi pengambilan keputusan – seperti manajer – masih rendah, peningkatan keterlibatan ini menunjukkan adanya kemajuan.
Apa saja perbaikan yang ingin Anda lihat di sektor minyak sawit agar lebih inklusif dan memberdayakan perempuan?
Saya berharap melihat lebih banyak wanita menjadi manajer di koperasi atau terlibat dalam perencanaan strategis untuk masa depan. Perempuan sering kali memiliki keterampilan berorganisasi yang kuat dan pendekatan yang terstruktur terhadap kepemimpinan. Selain itu, kecenderungan alami kita untuk memelihara, melindungi, dan mendidik membuat kita sangat efektif dalam mengelola koperasi dan lembaga petani, yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan masyarakat.
Apa saja tantangan yang Anda hadapi dalam menjadi pemimpin di sektor ini?
Tantangan utama yang saya hadapi adalah memastikan generasi pemimpin perempuan berikutnya. Banyak perempuan ragu untuk mengambil peran kepemimpinan karena risiko dan tanggung jawab yang signifikan, terutama dalam mengelola lembaga petani.
Di FORTASBI, kepemimpinan lebih dari sekadar administrasi – kami bekerja secara langsung dengan 59 koperasi dan 16,000 petani, jadi penting bagi kami untuk menumbuhkan pemimpin perempuan di masa depan.
Adakah saran yang Anda miliki bagi perempuan di industri minyak sawit untuk mendorong mereka mengejar peran kepemimpinan?
70% anggota FORTASBI adalah perempuan. Dalam struktur kami, 90% manajer di FORTASBI adalah perempuan. Ini adalah cara kami untuk menunjukkan dan mendidik koperasi tentang pentingnya mendorong keterlibatan perempuan dalam lembaga. Kami juga menyediakan banyak pelatih perempuan di desa-desa untuk menginspirasi perempuan setempat untuk berpartisipasi dalam sesi pelatihan.
Terakhir, apa makna Hari Perempuan Internasional bagi Anda? Mengapa penting untuk memperingati hari ini?
Hari Perempuan Internasional menyoroti peran penting perempuan dalam mendorong keberlanjutan di industri minyak kelapa sawit. Keberlanjutan sejati mencakup keseimbangan antara faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan – dan kesetaraan gender merupakan bagian penting dari persamaan tersebut.
Teruslah membaca

Analisis Biaya-Manfaat untuk Pengadaan Minyak Sawit Berkelanjutan di India

Sponsorship Early Bird RT2025 segera berakhir!

Meksiko Perkuat Produksi Sawit Berkelanjutan: Para Pemain Kunci Perluas Nota Kesepahaman untuk Dorong Perubahan Positif

Pengajuan Daftar Pabrik

Datang dan bergabunglah bersama kami di Booth RSPO di Palmex 2025 Jakarta!

Catat Tanggalnya: Forum Minyak Sawit Berkelanjutan Tiongkok 2025 (Forum RSPO Tiongkok ke-9)

Di Jalan: Bertemu Anggota RSPO di Seluruh Midwest Amerika

RSPO Merilis Agenda Penelitian Terbaru untuk Minyak Sawit Berkelanjutan
